5 Ahli paling dicari di Indonesia
1. Ahli konstruksi
Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kemenakertrans Abdul
Wahab Bangkona menyatakan pekerja terampil yang mendesak dibutuhkan industri
dalam negeri adalah mereka yang memiliki kemampuan di bidang konstruksi. Dia
beralasan Indonesia masih dalam fase pembangunan, sehingga akan selalu ada
proyek infrastruktur di seluruh Tanah Air.
Dengan rencana anggaran mencapai Rp 200 triliun pada APBN-P tahun depan,
sektor pembangunan infrastruktur masih menjadi primadona dalam menyerap tenaga
kerja di Indonesia. Sehingga Abdul Wahab menyarankan generasi muda menggeluti
dan memperdalam keterampilan di bidang konstruksi.
"Tenaga kerja terampil kita di Indonesia dari sisi pembiayaan itu
terbesar terserap ke infrastruktur. Keterampilan tiling (konstruksi dinding dan
lantai), cabinet filing (produksi lemari), bricklaying (penyusunan batu bata),
serta kelistrikan, itu semua terpakai di sektor infrastruktur," ungkapnya.
2. Ahli rekayasa perangkat lunak
Di urutan kedua, Abdul Wahab menyoroti kebutuhan tenaga kerja terampil yang
sangat tinggi di bidang teknologi informasi (TI). Terutama pekerja yang mampu
membuat perangkat lunak bisnis dan administrasi.
"Bidang TI ini juga menguasai perkantoran sekarang. Semua kantor
sekarang dikelola TI, mulai dari perbankan, kantor pemerintah, kantor swasta,
semua berbasis TI. Sehingga pekerja terampil di sektor ini masih akan sangat
dibutuhkan, bahkan di level Asia Tenggara," paparnya.
Dari Catatan BPS, Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi yang di
dalamnya meliputi jumlah tenaga kerja TI, menyerap 80.000 orang dari Januari
sampai Agustus 2012. Angka itu bakal meningkat karena banyak pekerja TI masih
dikategorikan bekerja di sektor non-formal dan tidak tercatat dalam sensus BPS.
3. Ahli komputerisasi industri
Meski proporsi serapan tenaga kerjanya belum terlalu besar, namun kebutuhan
di bidang otomatisasi industri atau ahli komputerisasi industri, akan semakin
meningkat beberapa tahun ke depan.
Karena itu, Abdul Wahab tidak segan mendorong pelajar mendalami bidang
keilmuan mekatronika. Rupanya tidak hanya belajar soal robot, ilmu ini
merancang hampir seluruh teknologi yang dapat menggantikan pekerjaan tenaga
kerja manusia, seperti lengan buatan untuk pabrik otomotif sampai mesin ATM.
"Otomatisasi industri itu teknologi masa depan, contohnya sekarang
jalan tol tidak pakai uang tunai lagi (untuk membayarnya). Akan banyak industri
menerapkan sistem seperti itu," ujar Abdul Wahab memprediksi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik sepanjang tahun ini, sektor industri
dalam negeri menyerap 830.000 pekerja baru.
4. Jasa perhotelan
BPS mencatat tingkat hunian hotel dari 20 provinsi di Indonesia per
September 2012 mencapai 52,96 persen, meningkat 1,21 persen dibanding periode
yang sama tahun lalu. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sepanjang tahun
ini juga tumbuh 1,79 persen.
Jumlah itu bakal terus meningkat di masa mendatang lantaran pemerintah
sedang menggalakkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan baru. Bisa
dibilang tenaga perhotelan, mulai dari tenaga teknis pelayanan kamar sampai
juru masak sedang tinggi permintaannya dalam beberapa waktu ke depan.
Abdul Wahab mengaku peningkatan sumber daya manusia di bidang jasa, terutama
perhotelan sedang menjadi fokus Kemenakertrans. Itu sebabnya pihaknya sedang
menjalin kerja sama dengan industri di luar negeri untuk memberi pelatihan
tenaga kerja asal Tanah Air agar memiliki pengetahuan mengenai standar kerja
dunia perhotelan.
"(Keterampilan perhotelan) memang unggulan, baik untuk pemenuhan pasar
domestik maupun dunia. Kita beberapa kali kirim anak-anak (SMK) ke hotel-hotel
di Australia, intensif training selama empat bulan, mereka bisa memenuhi
standar kerja luar negeri," ungkapnya.
Kebutuhan tenaga kerja dengan keterampilan perhotelan nantinya tidak akan
terkonsentrasi di Pulau Jawa. Terbukti dari data BPS, Tingkat Penghunian Kamar
(TPK) tertinggi tahun ini terdapat di Jambi dengan 11,77 poin, Kalimantan Timur
9,64 poin, dan Kalimantan Barat 7,61 poin.
5. Ahli pengolahan ikan
Sektor industri pengolahan, meliputi sektor perikanan, pada triwulan III
2012 menyumbang Rp 506,6 triliun, mencapai 23,87 persen terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB). Menurut Abdul Wahab, bidang pengolahan produk nilai
tambah perikanan berpotensi menyerap tenaga kerja terdidik.
"Potensinya besar, karena untuk mencukupi kebutuhan pasar domestik saja
sudah memadai untuk menghidupkan industri pengolahan ikan tanah air,"
ujarnya.
Keterampilan teknis di bidang pengolahan ikan misalnya membuat produk
bernilai tambah dengan bahan ikan, seperti terasi atau ikan kalengan. Namun
Abdul Wahab mengakui kelemahan industri perikanan adalah belum optimalnya
dukungan pemerintah memasarkan produk hasil laut bernilai tambah, terutama
produksi Luar Jawa.
"Resources kita melimpah untuk tenaga terampil, namun sektor perikanan
ini belum tergarap memang. Di luar Jawa output dari industri pengolahan harus
dipasarkan dengan bantuan pemerintah," paparnya.